Istimewa Minahasa, MTN.com -Hingga Mei tahun 2014 ini, angka kematian ibu dan anak di Minahasa relatif tinggi. tercatat sudah ada 3 kas...
Istimewa |
Minahasa, MTN.com-Hingga Mei tahun 2014 ini, angka kematian ibu dan anak di Minahasa relatif tinggi. tercatat sudah ada 3 kasus ibu dan 15 bayi yang meninggal. Tingginya angka tersebut disinyalir karena banyaknya ibu hamil di pelosok desa Minahasa yang lebih percaya dukun beranak daripada mantri untuk melahirkan.
"Mungkin itu sudah membudaya di kalangan masyarakat. Sudah terbiasa sejak awal, mungkin dari keluarga mereka atau anak-anak sebelumnya," ujar Kepala Bidang Kesehatan Dinas Kesehatan Minahasa, dr Hellen Tompodung.
Dikatakannya, persalinan yang dilakukan dukun beranak sangat beresiko, meski memang banyak juga kasus yang berhasil. "Untuk ibu hamil yang akan melahirkan, lebih baik ke Puskesmas terdekat atau bidan, jangan ke dukun. Para dukun juga akan ada penyuluhan agar mereka lebih mengerti," jelas Hellen.
Data di Dinkes Minahasa, tahun 2011 ada 1 kasus kematian ibu dan 49 kasus kematian bayi. Tahun 2012 terjadi penurunan untuk bayi yakni 22 kasus dan ibu 2 kasus. Tahun 2013 kembali meningkat dengan kematian ibu 12 kasus dan bayi 45 bayi.
Satu diantara penyebab tingginya kematian itu karena Minahasa masih kekurangan tenaga bidan. Itu pula diakui oleh Kepala Dinkes Dr YA Dewi Kaunang. "Hal ini juga menjadi sorotan pada Dinkes karema kami akui tenaga kesehatan masih kurang, khususnya tenaga bidan," ujarnya.
Menurutnya, personel bidan di Dinkes ada 123 tenaga, dan itu tak sebanding dengan jumlah Poskesdes Minahasa yakni 227. "Idealnya tiap Poskesdes harus ada satu bidan. Kita sudah usulkan formasi tenaga bidan ke BKDD, juga telah mengajukan pegawai tidak tetap ke pusat. Ada 72 tenaga yang diusulkan. Saat ini masih menunggu petunjuk," jelas Kaunang.
Tambahnya, meski kekurangan tenaga bidan, pihaknya tetap berusaha mengcover desa yang membutuhkan. "Ini agar pelayanan merata. Ada sejumlah wilayah yang desanya tersambung dan di situ kami tempatkan satu bidan. Hal ini demi menutupi kekurangan tenaga medis di lapangan," tutupnya (*/tm)
"Mungkin itu sudah membudaya di kalangan masyarakat. Sudah terbiasa sejak awal, mungkin dari keluarga mereka atau anak-anak sebelumnya," ujar Kepala Bidang Kesehatan Dinas Kesehatan Minahasa, dr Hellen Tompodung.
Dikatakannya, persalinan yang dilakukan dukun beranak sangat beresiko, meski memang banyak juga kasus yang berhasil. "Untuk ibu hamil yang akan melahirkan, lebih baik ke Puskesmas terdekat atau bidan, jangan ke dukun. Para dukun juga akan ada penyuluhan agar mereka lebih mengerti," jelas Hellen.
Data di Dinkes Minahasa, tahun 2011 ada 1 kasus kematian ibu dan 49 kasus kematian bayi. Tahun 2012 terjadi penurunan untuk bayi yakni 22 kasus dan ibu 2 kasus. Tahun 2013 kembali meningkat dengan kematian ibu 12 kasus dan bayi 45 bayi.
Satu diantara penyebab tingginya kematian itu karena Minahasa masih kekurangan tenaga bidan. Itu pula diakui oleh Kepala Dinkes Dr YA Dewi Kaunang. "Hal ini juga menjadi sorotan pada Dinkes karema kami akui tenaga kesehatan masih kurang, khususnya tenaga bidan," ujarnya.
Menurutnya, personel bidan di Dinkes ada 123 tenaga, dan itu tak sebanding dengan jumlah Poskesdes Minahasa yakni 227. "Idealnya tiap Poskesdes harus ada satu bidan. Kita sudah usulkan formasi tenaga bidan ke BKDD, juga telah mengajukan pegawai tidak tetap ke pusat. Ada 72 tenaga yang diusulkan. Saat ini masih menunggu petunjuk," jelas Kaunang.
Tambahnya, meski kekurangan tenaga bidan, pihaknya tetap berusaha mengcover desa yang membutuhkan. "Ini agar pelayanan merata. Ada sejumlah wilayah yang desanya tersambung dan di situ kami tempatkan satu bidan. Hal ini demi menutupi kekurangan tenaga medis di lapangan," tutupnya (*/tm)