Image/BBM Manadotopnews.com -Pemerintahan baru yang dipimpin oleh presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla (Joko...
Image/BBM |
Manadotopnews.com-Pemerintahan baru yang dipimpin oleh presiden dan wakil presiden
terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) akan menaikkan harga BBM
subsidi. Rencananya kenaikan ini dilakukan pada bulan November 2014
dengan kisaran Rp3.000 per liter.
Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri menyebut, bahwa dengan kenaikan ini membuat anggaran dalam APBN-P 2014 mempunyai ruang fiskal (fiscal space).
"Pasti berpengaruh ke anggaran. Kalau naiknya Rp3.000 per liter berarti, ruang fiskalnya ada Rp21 triliun, tahun depan bisa Rp159 triliun," ucap Chatib di Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat, Rabu (1/10).
Menurut Chatib dengan naiknya harga BBM tahun ini juga membuat defisit anggaran pada APBN 2015 akan berada di kisaran 1,3-1,4 persen. Angka ini turun dari asumsi yang sudah ditetapkan yakni 2,21 persen.
"Itu karena sebut angka BBM saja tadi naik Rp3.000 per liter," paparnya.
Chatib menjelaskan, dengan turunnya defisit anggaran maka akan turun pula pembiayaan sehingga hal ini berdampak aman jika terjadinya normalisasi kebijakan bank sentral AS the Fed.
"Turun 1 persen ya pembiayaan turun 1 persen PDB berarti Rp100 triliun. Jauh lebih aman," kata Chatib.
Terkait dampak dari kenaikan harga BBM subsidi, menurut Chatib akan berpengaruh kepada tingkat kemiskinan namun tidak berpengaruh kepada tingkat pertumbuhan ekonomi.
"Enggak apa-apa. Impactnya pada poverty pada kemiskinan kalau pertumbuhan enggak terlalu berpengaruh karena itu makanya ada BLSM dan sudah dialokasikan Rp10 triliun. Rp5 triliun di APBN-P 2014, Rp5 triliun di APBN 2015," pungkasnya. (*/oz/sh)
Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri menyebut, bahwa dengan kenaikan ini membuat anggaran dalam APBN-P 2014 mempunyai ruang fiskal (fiscal space).
"Pasti berpengaruh ke anggaran. Kalau naiknya Rp3.000 per liter berarti, ruang fiskalnya ada Rp21 triliun, tahun depan bisa Rp159 triliun," ucap Chatib di Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat, Rabu (1/10).
Menurut Chatib dengan naiknya harga BBM tahun ini juga membuat defisit anggaran pada APBN 2015 akan berada di kisaran 1,3-1,4 persen. Angka ini turun dari asumsi yang sudah ditetapkan yakni 2,21 persen.
"Itu karena sebut angka BBM saja tadi naik Rp3.000 per liter," paparnya.
Chatib menjelaskan, dengan turunnya defisit anggaran maka akan turun pula pembiayaan sehingga hal ini berdampak aman jika terjadinya normalisasi kebijakan bank sentral AS the Fed.
"Turun 1 persen ya pembiayaan turun 1 persen PDB berarti Rp100 triliun. Jauh lebih aman," kata Chatib.
Terkait dampak dari kenaikan harga BBM subsidi, menurut Chatib akan berpengaruh kepada tingkat kemiskinan namun tidak berpengaruh kepada tingkat pertumbuhan ekonomi.
"Enggak apa-apa. Impactnya pada poverty pada kemiskinan kalau pertumbuhan enggak terlalu berpengaruh karena itu makanya ada BLSM dan sudah dialokasikan Rp10 triliun. Rp5 triliun di APBN-P 2014, Rp5 triliun di APBN 2015," pungkasnya. (*/oz/sh)