Ilustrasi Pelajar Narkoba/Ist Sangihe, MTN.com -Kepala Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Sangihe AKBP Herman F Umpenawany kepada wartaw...
Ilustrasi Pelajar Narkoba/Ist |
Sangihe, MTN.com-Kepala Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Sangihe AKBP Herman F Umpenawany kepada wartawan belum lama ini membeber data mencengangkan seputar kebiasaan kalangan remaja ataupun pelajar baik SMP maupun SMA/SMK di Sangihe bisa dengan mudah mendapatkan dan mengonsumsi zat adiktif, karena minimnya pengawasan pihak terkait, seperti sekolah dan orang tua.
"Dari penelusuran kami, banyak siswa yang mengaku menggunakan zat adiktif dengan jenis yang berbeda-beda, seperti perekat Eha Bon, halusinagen (jamur kotoran sapi), dextromitropham, tramodo, terehexipedidin, aprasolam, somadryl, thenexipenidin, komix mextril dan siladex," Kata Umpenawany.
Menurutnya, zat adiktif dalam bentu obat-obatan maupun bahan perekat ini sangat mudah diperoleh kalangan remaja karena memang dijual bebas.
"Sedangkan penyebab mengonsumsi ada yang karena ingin tahu, dipengaruhi teman dan ada masalah di rumah. Karena itu, yang paling utama untuk mengatasi ini adalah dengan meningkatkan pengawasan, baik oleh orang tua maupun sekolah," tandasnya.
Meski begitu, perilaku negatif kalangan siswa ini sudah berhasil diendus BNK. Umpenawany mengaku sudah memproses sejumlah pelajar yang kedapatan mengonsumi zat adiktif, bahkan hasilnya sudah diserahkan kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Sangihe.
"Kami juga sudah bekerjasama dengan disdikpora untuk menggelar sosialisasi tentang bahaya peredaran narkoba. Intinya, pelajar harus terus diberikan pemahaman agar jangan sampai terjerumus ke pergaulan bebas dan narkoba," lugasnya, sembari meminta dukungan penuh dari tokoh agama dan masyarakat untuk memerangi ini. Pemberantasan peredaran narkoba membutuhkan kekuatan besar dan keterlibatan semua pihak, agar benar-benar mencapai tujuan yang diinginkan. (*/hm)
"Dari penelusuran kami, banyak siswa yang mengaku menggunakan zat adiktif dengan jenis yang berbeda-beda, seperti perekat Eha Bon, halusinagen (jamur kotoran sapi), dextromitropham, tramodo, terehexipedidin, aprasolam, somadryl, thenexipenidin, komix mextril dan siladex," Kata Umpenawany.
Menurutnya, zat adiktif dalam bentu obat-obatan maupun bahan perekat ini sangat mudah diperoleh kalangan remaja karena memang dijual bebas.
"Sedangkan penyebab mengonsumsi ada yang karena ingin tahu, dipengaruhi teman dan ada masalah di rumah. Karena itu, yang paling utama untuk mengatasi ini adalah dengan meningkatkan pengawasan, baik oleh orang tua maupun sekolah," tandasnya.
Meski begitu, perilaku negatif kalangan siswa ini sudah berhasil diendus BNK. Umpenawany mengaku sudah memproses sejumlah pelajar yang kedapatan mengonsumi zat adiktif, bahkan hasilnya sudah diserahkan kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Sangihe.
"Kami juga sudah bekerjasama dengan disdikpora untuk menggelar sosialisasi tentang bahaya peredaran narkoba. Intinya, pelajar harus terus diberikan pemahaman agar jangan sampai terjerumus ke pergaulan bebas dan narkoba," lugasnya, sembari meminta dukungan penuh dari tokoh agama dan masyarakat untuk memerangi ini. Pemberantasan peredaran narkoba membutuhkan kekuatan besar dan keterlibatan semua pihak, agar benar-benar mencapai tujuan yang diinginkan. (*/hm)