Tim Nasional Indonesia U-19/Ist Manadotopnews.com -Bak pahlawan, Tim Nasional Indonesia U-19 saat ini disanjung setinggi langit oleh...
Tim Nasional Indonesia U-19/Ist |
Manadotopnews.com-Bak pahlawan, Tim Nasional Indonesia U-19 saat ini disanjung setinggi
langit oleh masyarakat pecinta bola tanah air. Karena dari level usia
inilah, momen kebangkitan persepakbolaan Tanah Air bisa tumbuh dan
berkembang
Generasi ini pula yang disebut sebagai generasi pelepas "kutukan" final yang selama ini melekat pada Tim Merah Putih. Melihat sejarah singkat sepakbola Indonesia beberapa tahun belakangan, Timnas Indonesia, terutama level senior, selalu saja kandas di partai puncak.
Seperti yang terjadi di pada 2000, 2002 dan 2004, Indonesia sukses melaju ke final Piala Tiger (kini Piala AFF). Namun apa daya, Tim Garuda hanya menjadi runner up setelah dikalahkan Thailand pada 2000 dan 2002, serta Singapura di 2004.
Pada 2010, ketika menjadi tuan rumah Piala AFF bersama Vietnam. Timnas senior yang kala itu dibesut pelatih Alfred Riedl, sukses sampai ke final. Tapi lagi-lagi harus puas menjadi runner up setelah dikalahkan Malaysia dengan agregat 4-2.
Keadaan tak jauh berbeda dialami level U-23 yang tampil di SEA Games 2011 dan sepertinya juga mendapat "kutukan". Di laga final, tim asuhan Rahmad Darmawan itu takluk di tangan Malaysia 5-4 melalui drama adu penalti.
Terakhir adalah Timnas U-16 asuhan Sutan Harhara yang gagal menyabet trofi juara Piala AFF U-16 2014 di Myanmar, usai dibekuk Malaysia 2-3 melalui tos-tosan setelah bermain 1-1 di waktu normal.
Setelah mengalami rentetan hasil kurang maksimal, akhirnya "kutukan" tersebut dipatahkan Timnas U-19 asuhan Indra Sjafri di final Piala AFF U-19 2013 setelah menaklukkan Vietnam melalui adu penalti yang berkesudahan 7-6 (0-0). Ini merupakan pertama kalinya Timnas U-19 berlaga di final dan menjadi juara sejak Piala AFF U-19 mulai digelar pada 2002.
Selepas meraih gelar juara, serangkaian pertandingan uji coba panjang dan melelahkan dijalani Evan Dimas dkk dengan melawan tim berbagai level, mulai dari tim lokal, hingga klub raksasa Eropa. Hal itu dilakukan tentunya dengan tujuan menimba ilmu sebanyak-banyaknya demi meningkatkan kualitas permainan mereka.
Terhitung, sejak Februari 2014, Timnas U-19 sudah melakukan 38 pertandingan melawan berbagai tim dari Sabang sampai Merauke, hingga klub selevel Barcelona dan Real Madrid.
Hasilnya, mereka hanya kalah di enam laga, yakni saat melawan Oman, Myanmar, Villa 2000, Atletico Madrid B, Barcelona B, dan Real Madrid C. Kekalahan terbesar yang diterima yakni saat melawan Barcelona, gawang Ravi Murdianto kebobolan setengah lusin gol.
Semua pertandingan di atas belum termasuk Piala Hassanal Bolkiah di Brunei Darussalam, pada Agustus lalu. Sayang, di turnamen itu Garuda Muda tak lolos dari fase grup setelah hanya mampu meraih satu kemenangan di enam pertandingan saat melawan Singapura dengan skor 6-0.
Berbicara kekuaran sentral, tentu nama Evan Dimas akan menjadi tumpuan harapan di lini tengah. Pemuda kelahiran 13 Maret itu berstatus sebagai topskor dengan 20 gol dari 40 penampilan.
Timnas Indonesia U-19 bertolak ke Myanmar pada Minggu, 5 Oktober 2014 lalu. Sebelum bertolak ke Myanmar, Evan Dimas dkk, menjalani pelatihan singkat di UNY Yogyakarta. Di sela pelatihan tersebut, mereka mendapat pembekalan Laws of the Game dari anggota Komite Wasit PSSI Jaka Mulyana, Kamis (2/10/2014) malam.
Sang pelatih, Indra Sjafri menyatakan terima kasih atas dukungan masyarakat selama ini kepada anak-anak asuhannya. “Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh masyarakat Indonesia atas dukungannya. Kami mohon doa agar kami dapat mencapai apa yang kita cita-citakan bersama di Myanmar nanti,” ungkap Indra, di situs resmi PSSI. (*/oz/sh)
Generasi ini pula yang disebut sebagai generasi pelepas "kutukan" final yang selama ini melekat pada Tim Merah Putih. Melihat sejarah singkat sepakbola Indonesia beberapa tahun belakangan, Timnas Indonesia, terutama level senior, selalu saja kandas di partai puncak.
Seperti yang terjadi di pada 2000, 2002 dan 2004, Indonesia sukses melaju ke final Piala Tiger (kini Piala AFF). Namun apa daya, Tim Garuda hanya menjadi runner up setelah dikalahkan Thailand pada 2000 dan 2002, serta Singapura di 2004.
Pada 2010, ketika menjadi tuan rumah Piala AFF bersama Vietnam. Timnas senior yang kala itu dibesut pelatih Alfred Riedl, sukses sampai ke final. Tapi lagi-lagi harus puas menjadi runner up setelah dikalahkan Malaysia dengan agregat 4-2.
Keadaan tak jauh berbeda dialami level U-23 yang tampil di SEA Games 2011 dan sepertinya juga mendapat "kutukan". Di laga final, tim asuhan Rahmad Darmawan itu takluk di tangan Malaysia 5-4 melalui drama adu penalti.
Terakhir adalah Timnas U-16 asuhan Sutan Harhara yang gagal menyabet trofi juara Piala AFF U-16 2014 di Myanmar, usai dibekuk Malaysia 2-3 melalui tos-tosan setelah bermain 1-1 di waktu normal.
Setelah mengalami rentetan hasil kurang maksimal, akhirnya "kutukan" tersebut dipatahkan Timnas U-19 asuhan Indra Sjafri di final Piala AFF U-19 2013 setelah menaklukkan Vietnam melalui adu penalti yang berkesudahan 7-6 (0-0). Ini merupakan pertama kalinya Timnas U-19 berlaga di final dan menjadi juara sejak Piala AFF U-19 mulai digelar pada 2002.
Selepas meraih gelar juara, serangkaian pertandingan uji coba panjang dan melelahkan dijalani Evan Dimas dkk dengan melawan tim berbagai level, mulai dari tim lokal, hingga klub raksasa Eropa. Hal itu dilakukan tentunya dengan tujuan menimba ilmu sebanyak-banyaknya demi meningkatkan kualitas permainan mereka.
Terhitung, sejak Februari 2014, Timnas U-19 sudah melakukan 38 pertandingan melawan berbagai tim dari Sabang sampai Merauke, hingga klub selevel Barcelona dan Real Madrid.
Hasilnya, mereka hanya kalah di enam laga, yakni saat melawan Oman, Myanmar, Villa 2000, Atletico Madrid B, Barcelona B, dan Real Madrid C. Kekalahan terbesar yang diterima yakni saat melawan Barcelona, gawang Ravi Murdianto kebobolan setengah lusin gol.
Semua pertandingan di atas belum termasuk Piala Hassanal Bolkiah di Brunei Darussalam, pada Agustus lalu. Sayang, di turnamen itu Garuda Muda tak lolos dari fase grup setelah hanya mampu meraih satu kemenangan di enam pertandingan saat melawan Singapura dengan skor 6-0.
Berbicara kekuaran sentral, tentu nama Evan Dimas akan menjadi tumpuan harapan di lini tengah. Pemuda kelahiran 13 Maret itu berstatus sebagai topskor dengan 20 gol dari 40 penampilan.
Timnas Indonesia U-19 bertolak ke Myanmar pada Minggu, 5 Oktober 2014 lalu. Sebelum bertolak ke Myanmar, Evan Dimas dkk, menjalani pelatihan singkat di UNY Yogyakarta. Di sela pelatihan tersebut, mereka mendapat pembekalan Laws of the Game dari anggota Komite Wasit PSSI Jaka Mulyana, Kamis (2/10/2014) malam.
Sang pelatih, Indra Sjafri menyatakan terima kasih atas dukungan masyarakat selama ini kepada anak-anak asuhannya. “Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh masyarakat Indonesia atas dukungannya. Kami mohon doa agar kami dapat mencapai apa yang kita cita-citakan bersama di Myanmar nanti,” ungkap Indra, di situs resmi PSSI. (*/oz/sh)